0

9 Telor Dan 90 Dinar

Dikisahkan dalam buku Rahasia Keajaiban Shodaqoh yang ditulis oleh Ust. Fatihuddin Abul Yasin, diceritakan bahwa ada seorang Ulama yang mumpuni dibidang ilmu lahir dan batin. Tidak diragukan lagi keimanan dan ketakwaannya menjalani susunan hidup yang melingkari setiap manusia. Hidup yang sangat sederhana itu dijalani bersama isteri dan anak-anaknya dengan keyakinan yang tinggi kepada Allah.

Pada suatu hari ada seorang pengemis bertamu kepadanya, meminta shodaqoh ala kadarnya untuk menyambung hidup. Sang ulama bertanya kepada isterinya, “Adakah sesuatu yang bisa diberikan kepada pengemis ini ?”
Istrinya menjawab, “kita tidak memiliki apa-apa kecuali 10 butir telur.” Berikan semua telur itu kepada pengemis ini.

Kemudian istrinya memberikan semua telur itu, kecuali menyisahkan satu buah buat makan anak-anaknyananti. Jadi hanya 9 telor yang diberikan kepada pengemis. Dia ingat juga jika bershodaqoh harus menyisahkan buat keluarga di rumah.

Pengemis itupun pergi dari rumahnya. Dan tidak lama kemudian ada orang mengetuk pintu rumahnya. Tamu itu membawa uang yang dishodaqohkan kepada ulama sebanyak 90 dinar.
Alhmdulillah!

Sepeninggal sang tamu, ulama itu bertanya kepada istrinya berapa telor yang dishodaqohkan kepada pengemis tadi! Istrinya menjawab, “Saya hanya memberi 9 telor. Yang satu telor kita sisakan buat anak-anak.

Ulama atau suaminya berkomentar, “Uang ini jumlahnya 90 Dinar, artinya satu kebaikan (berupa telor) dilipatgandakan menjadi 10 kebajikan”. Jika tadi di shodaqohkan semua, mungkin dapat uang 100 dinar. Jika 100 telor yang dishodaqohkan, juga dilipatgandakan menjadi 100 dinar.
Dari kisah diatas semakin terang dan jelaslah firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang terjemahannya sebagai berikut :
“Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah Dzat yang menyempitkan atau meluaskan (rizki), dan hanya kepada-Nyalah kami dikembalikan (QS. Al-Baqarah : 245)

Jika Allah telah menerangkan demikian, masihkah kita ragu akan kebenaran ini??? Lipat ganda material adalah uang muka di dunia, dan kelak di akhirat teap memperolah balasan pahala yang banyak sekali. Demikianlah Allah meletakkan berbagai keajaiban shodaqoh bagi orang-orang yang dermawan.
Baca Selengkapnya...
0

ESENSI PUASA

Dari sekian banyak syari'at Islam yang diwajibkan kepada umat Muslim, Puasa merupakan ibadah yang memiliki keajaiban yang sangat luar biasa. Kajian puasa dari visi metafisika menembus dimensi terawang keilmuan. Tak ubahnya, ada bias energi yang mampu menguak tabir hijab antara kedirian manusia dengan kehebatan kosmos dalam keluasan jagat raya, menuju titik sumbu yang transenden tanpa batas, tiada tepi.
Manusia boleh jadi merekayasa dengan segala kiat dan upayanya menapak Ramadhan sebagai pusat latihan spiritual ijtihad untuk mencermati hakikat hidup.
Nalar pikir berinteraksi ke alam Ilahiyat, merupakan transfigurasi bagi dirinya, seolah nurani mengembara ke alam metafisis immaterial.
Pada galibnya puasa sebagai penapis dan penyaring, yang selanjutnya menentukan kadar ketakwaan seseorang. Ia membentuk watak yang kukuh tegar dalam segala keadaan dan waktu, tak mudah terpedaya oleh terpaan dan godaan, lantaran menghujam di relung hati iman yang mapan bahkan yang hebat lagi, membersihkan ruhani dan nalar piker dari segala muskil kesulitan, serta merta mampu mengentas derajat kemanusiaan.
Manusia hidup bergantung dari udara, makanan, tanah dan alam jagat raya sekitarnya. Faktor tersebut memberikan pengaruh kuat bagi hidup dan kehidupannya menuju objek yang material. Ini bias diraup dengan ilmu pengetahuan. Sedang ilmu itu sendiri tak bakal dimiliki tanpa melalui kecerdasan otak dan kecakapan nalar pikir. Fungsi otak sebagai pusat syaraf, merupakan jaringan butir sel yang sangat halus, rumit dan asketis. Setiap kemajuan yang diperoleh adalah melalui penalaran akal sehat serta penelaahan pikiran yang kritis. Karenanya, bagi para pemimpin sekecil apapun sebagai khalifah di bumi, perlu mencermati dan meneliti gerak gerik daya otaknya, agar setiap langkah dan tindakannya dituntut pikiran yang sehat dan jernih.
Lantaran otak menjadi pusat urat syaraf Graoto Hersen. Urat syaraf tersusun dari kumpulan “sel-sel” yang berbilliun jumlahnya. Fungsi syaraf menjadi perantara yang menerima kesan-kesan perangsang yang dating dari luar tubuh, langsung disampaikan kepada otak. Ilmu Psikologi dan Anatomi menyebutkan bahwa otak besar itulah yang mengatur dan mengendalikan langkah serta perbuatan manusia. Sebab setiap sesuatu yang terjadi diluar tubuh, mustahil dapat diketahui dan disadari sebelum peristiwa itu disampaikan oleh urat syaraf kepada otak besar. Banyak pakar mengemukakan, puasa dapat mengobati berbagai penyakit seperti diabetes, maag, gangguan usus, gangguan pencernaan, sakit jantung, kegemukan, paru-paru, lemah badan atau tekanan darah tinggi. Tapi banyak pula orang beranggapan bahwa puasa penyebab menurunnya prestasi kerja berkurangnya konsentrasi dan melemahnya tenaga.
Padahal kita meyakini, justru berpuasa salah satu cara menuju sehat WHO Expert Committee mengartikan sehat terdapat keseimbangan yang optimal, baik fisik, psikis maupun social. Jadi tidak hanya sekedar bebas dari penyakit lahiriyah, kelemahan dan cacat. Tetapi sehat adalah keseimbangan dan keserasian jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrowi antara fisik dan psikis. Keseimbangan merupakan prinsip dasar Islam. Agama Islam adalah agama yang sederhana, mudah, kompleks dan universal. Ia memberikan tuntunan kepada ummatnya untuk hidup sederhana tapi bersahaja.
Dalam Al-Qur’an termaktub prinsip ini dalam ayat :
“Makan dan minumlah, tapi jangan melampaui batas, karena Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.”
Jika manusia kelewat tebal jasadnya, maka kekuatan ruhaninya akan melemah atau sifat kehewanannya mengalahkan sifat ruhaniahnya.
“Makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang”
Kejarlah Duniamu, seolah kau hidup terus dan kejarlah akhiratmu seolah-olah kau akan mati esok hari.
Jadi prinsip keseimbangan ini, dapat dilakukan dengan latihan, kebiasaan sehari-hari. Kiranya, puasa di bulan Ramadhan adalah tepat untuk pemusatan latihan agar jiwa mempunyai disiplin yang kuat, mental terbina mapan dan ruhani yang murni.
Sewaktu perut kenyang, banyak darah tersalur untuk melakukan proses pencernaan dan selagi puasa, ketika perut kosong, volume darah ke bagian pencernaan dapat dikurangi dan dapat dipakai untuk keperluan lain, terutama melayani otak.
Zat makanan yang telah tersaring bersih (dari usus panjang) lalu oleh jantung disalurbebaskan ke seluruh tubuh dan disaat itulah sel-sel menerima makanan.
Itulah sebabnya, meski manusia memerlukan makanan harus disesuaikan dengan kemampuan tubuhnya, gizi yang memadai, sehingga kerja sel tersebut berjalan lancer, demikian jua kemampuan otak selaras.
Namun, apabila perut manusia selalu dipenuhi makanan berlebih, maka sel-sel tadi akan kebanjiran zat makan, berakibat urat syaraf menjadi lembab, kerja otak terhambat dan mundur. Sebaliknya, kalau kita memberikan waktu sesaat bagi perut dan lambung untuk membersihkan bermacam-macam kotoran yang setahun penuh bermukim didalamnya, maka kerja otak kita bertambah giat dan cepat sehingga menimbulkan daya yang sanggup memecahkan berbagai persoalan tanpa rasa letih.
Cara berpikir yang energik ini menghasilkan buah berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Dengan berpuasa, kita dapat mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan kemungkinan masuknya kuman-kuman ke dalam lambung. Para ahli di bidang kedokteran mngakui bahwa perut sumber asal timbulnya penyakit.

“Perut adalah sumber penyakit dan pemeliharaannya merupakan obat yang paling utama.”
Orang yang terlalu kenyang, mudah diserang rasa kantuk, malas dan letih. Kemampuan pikir menjadi kurang. Karena itu Rasululullah memberikan peringatan kepada umatnya. “Ilmu dan akal tidak mungkin ada bersama lambung yang penuh dengan makanan.” Otak adalah titik sentral di dalam organ tubuh manusia untuk berfikir, belajar dan bekerja. Ini berarti bahwa selama lambung kosong, sewaktu berhenti sejenak dari kerja keras selama setahun, cara berpikir kita lebih cemerlang.
Jadikan puasa kita yang lengkap, fisik, psikis, dan kejiwaan. Melatih ketenangan bathin, menumbuhkan akal pikiran yang sehat, mengendurkan ketegangan, stress, mensirnakan iri, dengki, hasut dan cela lainnya. Kalau demikian adanya esensi puasa itu sendiri, dapatkah kita mengendalikan diri untuk tidak mengikuti langkah syaithan?
Sumber Artikel : Buku Esensi Puasa “Kajian Metafisika” oleh KH. BAHAUDIN MUDHARY
Baca Selengkapnya...
0

ZAMAN YANG ANEH

Oleh : Herwanto Ahama

Empat belas abad yang silam, Rasulullah pernah memprediksi bahwa pada akhir zaman nanti akan datang suatu masa yang menimpa umat Islam, dimana Islam tinggal namanya, Al-qur’an tinggal tulisannya dan Masjid-Masjid banyak dibangun tapi kosong dari Jama’ahnya.
Sobat…!!! Kalau prediksi Rasulullah tersebut benar adanya, kapankah masa itu sebenarnya??? Atau jangan-jangan masa itu adalah adalah zaman yang sedang kita jalani sekarang??? Mari kita lihat lebih komprehensif dan bandingkan dengan keadaan kita di zaman ini.

Zaman ini memang benar-benar zaman yang aneh….banyak kejadian-kejadian aneh terjadi di sekeliling kita. Yang secara sadar atau tidak, kejadian-kejadian itu setidaknya bisa mengantarkan kita pada pemahaman bahwa ada satu kekuasaan tertinggi di luar alam fisik kita. Bagaimana kemudian ada air tawar dan air asin yang mengalir beriringan atau bagaimana dengan berbagai musibah yang melanda negeri ini. Kita lihat Tsunami yang memporak-porandakan Aceh tapi dari puing-puing bangunan masih ada masjid yang berdiri kokoh. Atau bagaimana kita menyikapi berbagai penemuan lain yang mengejutkan. Adanya hujan ikan, hujan “darah” atau tsunami matahari dan hujan meteor. Yang lebih aneh lagi….ada perempuan yang berlagak seperti laki-laki dan laki-laki yang bersolek seperti perempuan. Apakah memang saat inilah yang telah dipredikisi oleh Rasulullah????

Hal aneh terbesar yakni kondisi umat Islam saat ini. Mari kita liha... Didalam Al-Qur’an Allah telah jelas memberikan berbagai ancaman atas larangan yang di langgar. Tapi masih banyak umat ini yang melanggar aturan itu dan tak sedikitpun merasa takut atas ancaman Allah. Barulah setelah Allah memberikan cobaan berupa musibah yang datang silih berganti, berbondong-bondong mereka kembali ke Jalan Allah. Tapi, apakah mereka bisa bertahan dengan iman mereka??? Ternyata setelah Allah memberikan kenikmatan dan menahan setiap bencana, kembali mereka lupa akan larangan Allah SWT. Apakah ini yang dimaksud Rasulullah bahwa Islam tinggal namanya???

Atau juga Allah telah menjanjikan di dalam Al-Qur’an berbagai kenikmatan dan kebahagiaan apabila kita menegakkan syari’at dan syi’ar-syi’ar Allah. Dalam sebuah firman-Nya Allah menyebutkan : “Barangsiapa yang berbuat satu kebaikan maka niscaya Allah akan membalasnya dengan sepuluh kebaikan.” Secara gamblang Allah membeberkan kenikmatan dan ganjaran pahalanya. Tapi, masih banyak juga umat Islam yang tidak mau melaksankannya. Justru banyak yang berusaha mengambil jalan pintas. Allah telah dengan terang menjelaskan bahwa segala sesuatu datangnya dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Tetapi, banyak orang ketika ditimpa kesulitan yang berusaha mencari jalan keluarnya kepada makhluq dan tidak mengembalikannya kepada Allah SWT. Ini adalah sebuah keanehan yang sangat besar, dilarang untuk meninggalkan larangan tapi masih banyak yang melanggar. Diajak untuk meraih nikmat Allah yang telah dijanjikan-Nya tapi banyak juga yang tidak mau??? Jadi, maunya apa…Bos??? Aneh!!!! Apakah ini tanda yang disebutkan Rasulullah bahwa Al-Qur’an tinggal Tulisannya???

Kalau benar begitu adanya…berarti saat ini kita benar-benar telah berada pada zaman yang diprediksi Rasulullah SAW tadi. Apa yang akan kita perbuat selanjutnya????
Baca Selengkapnya...
0

MENGHITUNG WAKTU

Oleh : Herwanto Ahama

“Demi Masa! Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang yang ingat mengingatkan dalam kebaikan dan ingat mengingatkan dalam kebenaran.” (Q.S. Al-Ashr : 1-3)
Demikianlah Allah menjelaskan tentang manusia-manusia yang merugi hanya karena tidak mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Begitu banyak setiap detik yang terlewatkan hanya dipergunakan untuk melakukan pekerjaan tidak bermanfaat. Atau bahkan menggunakan waktu hanya untuk memenuhi kebutuhan duniawi tanpa menghiraukan keprluan ukhrawi.

Para Hukama pernah mengungkapkan kata-kata bijak, “Tidak akan terbit fajar suatu hari di ufuk timur melainkan ia selalu berseru : Hai Putra-Putri Adam! Aku adalah waktu, aku ciptaan baru yang akan menjadi saksi setiap perbuatanmu, maka gunakanlah aku karena aku tidak akan kembali sampai hari kiamat. Dan ini berlangsung terus tiap matahari menampakkan wajahnya.

Kalau demikian adanya sobat! Maka semakin jelaslah bahwa semua yang kita kerjakan, apakah itu kebaikan maupun kejahatan semua telah terekam dalam kaset waktu di alam ‘azali. Jadi tidak ada lagi yang bisa kita sembunyikan dari pengamatan sang waktu. Rekaman inilah yang kelak akan dipertontonkan ketika masa perhitungan di Yaumil Mahsyar di langsungkan. Tidak ada seorang anak manusiapun yang bisa mungkir dari film kehidupan yang di rekam oleh waktu.

Sobat…..!!! Mata kita boleh saja mengatakan tidak pernah melihat hal-hal yang di haramkan tapi waktu jualah yang akan berbicara bahwa pada usia yang kesekian kita pernah melihat keburukan. Mulut kita bisa saja mungkir atas semua kebohongannya selama hidup di dunia tapi lagi-lagi waktu yang akan mengatakan bahwa pada detik kesekian mulut ini pernah digunakan untuk berbohong, menipu, membicarakan aib orang lain, mengejek saudara-saudara kita yang lemah atau mengungkapkan janji-janji palsu. Hak bagi telinga untuk mengatakan tidak pernah mendengar kejelekan, tapi kewajiban waktu yang kembali berbicara bahwa telinga yang senantiasa mendampingi kita setiap saat pada jam sekian pernah digunakan untuk menguping pembicaraan yang penuh konspirasi kejahatan.

Begitulah adanya, behind the scene dari sinetron kehidupan kita akan ditayangkan di hadapan Allah yang kita sendiri yang akan menjadi terdakwanya. Saat itu kita hanya jadi aktor yang tak berdaya di tangan Sang Sutradara.
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." (Q.S. Al-Isra :14)

Saudara….!!! Waktu adalah hitungan. 1 menit = 60 Detik, 1 jam = 60 menit, 1 hari = 24 jam, 1 minggu = 7 hari, 1 bulan = 4 minggu dan 1 tahun = 12 bulan = 365 hari. Kalau waktu adalah hitungan, mengapa kita tidak mampu membuat perhitungan untuk setiap amal perbuatan yang kita kerjakan dalam menghabiskan setiap detik waktu yang terlewat. Sebagai sebuah perenungan, jika kita mau menghitung setiap amal buruk yang kita kerjakan….sungguh benar-benar kita telah berada dalam lingkaran setan yang menjerumuskan kita dalam kekufuran.
Mari kita hitung, kalau usia produktif yang Allah berikan untuk kita beribadah sebanyak 20 tahun namun selama 20 tahun itu kita tidak pernah mengerjakan shalat 5 waktu. Bagaimana perhitungan ????
Diketahui :
1 hari = 5 waktu
1 bulan = 30 hari
1 tahun = 12 bulan
20 tahun = 240 bulan
Ditanya : Berapa koleksi dosa yang kita kerjakan???
Penyelesaian :
1 hari = 5 waktu (-5)*
1 bulan = 30 x 5 = 150 waktu (-150)
1 tahun = 12 x 150 = 1800 waktu (-1800)
20 tahun = 20 x 150 = 36000 waktu (-36000)
Jawabannya : Dalam kurun waktu 20 tahun jumlah dosa yang kita koleksi sebanyak 36000 dosa.

Pertanyaan yang kemudian muncul, masih pantaskah kita menghadap kepada Allah dengan dosa sebanyak itu? Mungkin itu baru sebagian kecil dari dosa yang kita lakukan selama ini bagaimana dengan dosa-dosa yang lain??? Berapa dosa tangan, berapa dosa mata, berapa kali lidah ini dipakai untuk menyakiti dan membicarakan aib orang lain, berapa kali kaki ini melangkah ke jalan yang di murkai Allah….???? Seandainya kita mencoba membuat perhitungan seperti perhitungan diatas, masih pantaskah kita hidup di dunia ini dengan fasilitas yang melimpah dari Allah SWT? Kapan dan dimana kita akan berterima kasih kepada Allah ?
Kalau 1 waktu yang kita tinggalkan Allah SWT balas dengan setitik bara api neraka yang diletakkan di telapak kaki yang kemudian mendidihkan otak kita, bagaimana keadaan kita jika kita telah berbalur dengan 36000 dosa. Na’udzu billahi min dzalik.

Tapi, sungguh Allah maha Pemurah…Allah Sang Maha Penyayang….Allah Sang Maha Pengampun…Berapa banyak manusia di dunia ini yang mengotori hidupnya dengan koleksi dosa, tapi Allah masih memberikan pepohonan untuk berteduh, hamparan bumi untuk berpijak, limpahan air yang bias kita minum dan masih banyak lagi fasilitas-fasilitas Allah yang tidak terhingga banyaknya.

Bahkan….siapapun yang dalam hidupnya senantiasa berada dalam kubangan dosa, pintu taubat Allah masih senantiasa terbuka lebar bagi mereka yang ingin bertobat. Besarnya dosa yang dilakukan manusia sama sekali tidak akan mampu menghalangi pengampunan Allah SWT.
Maka, bukanlah hal yang memalukan jika kita semua senantiasa melakukan perobatan di hadapan Allah SWT, mulai sekarang dan saat ini. Jangan ditunda lagi karena mungkin hari ini dan detik ini Allah merindukan kita untuk kembali berucap Astaghfirullahalazhim…….!!!
Baca Selengkapnya...
0

KISAH DUA PETANI

Simaklah hadits 567 bab 60 dalam kitab Riyadhus ShalihinI! Di sana Nabi Saw berkisah, ada seorang petani di Madinah… ia berdiri di antara kebun kurmanya yang kering kekurangan air. Pohon tidaklah subur, sementara buah-buahan tidak muncul dengan baik. Ia khawatir, bila kekurangan air maka kebun tidak akan memberi hasil maksimal untuk kebutuhan hidup ia dan keluarga. Ia menengadah ke arah langit. Kedua tangannya, ia angkat setinggi mungkin seraya menghapal lafal-lafal doa kepada Allah agar kebunnya diberi air hujan.

Tak lama sejak itu, Allah mengirimkan awan untuk berkumpul. Beriringan sedikit demi sedikit, awan berkumpul dengan cukup lebat di atas kebunnya. Sang petani tersenyum kegirangan. Dalam hatinya, ia berucap… "Allah mengabulkan doa & permintaanku tadi!" Namun sebaliknya yang terjadi. Terdengar olehnya sebuah suara yang berasal dari langit dan berbunyi, "Wahai awan, pergilah ke tanah si Fulan…!"

Maka berjalanlah awan ke arah lain, ke tempat yang tidak diketahui oleh si petani yang baru saja berdoa. Kekesalan membuncah dalam batin sang petani. "Mengapa hujan tidak jadi turun di tanahku?" gumamnya. Ia pun penasaran. Ia berlari dan terus berlari. Mengikuti kemana awan akan berhenti dan menurunkan air yang dikandungnya.

Sampai di suatu tempat yang subur… daunnya rimbun… dan memiliki air yang banyak. Awan pun berhenti dan mencurahkan segala air yang berada di dalam perutnya. Si petani menatap keheranan…, tatkala dilihatnya ada seorang pria bersahaja yang sedang berdoa syukur kepada Tuhan karena telah memberi rahmat pada tanahnya.

Saat itu, si petani memanggil nama si pemilik tanah. Sang pemilik tanah merasa heran lalu bertanya, "Saudara, dari mana Anda tahu namaku?" "Itulah saudaraku, aku sendiri ingin bertanya sebaliknya, amalan apa yang membuat usahamu begitu berkah hingga namamu ku dengar dari suara langit yang memerintahkan awan untuk menurunkan hujan di sini…, di tanahmu!" Subhanallah! Bukankah ini sebuah prestasi hebat, hingga membuat nama seseorang disebut di langit?

Si pemilik tanah mencoba menjawab pertanyaan petani, "Saudara, belum ada orang yang aku beritahukan tentang amalan yang aku kerjakan sehingga membuahkan hasil sedemikian. Namun karena engkau telah tahu sebagian rahasia ini… dan juga karena engkau telah menanyakannya, maka tak layak bagiku untuk merahasiakannya lagi." "Ceritakanlah padaku, wahai Saudara!" gegas si Petani sebab penasaran.
"Rahasianya mungkin adalah…. Setiap kali kebun dan tanah ini memberi hasil, hanya sepertiga darinya yang aku makan. Sepertiganya lagi aku kembalikan kepada tanah ini sebagai tambahan modal. Lalu sepertiganya lagi, aku berikan kepada Allah Swt sebagai infakku di jalannya. Itulah amalan rutin yang aku kerjakan sehingga membawaku pada hasil yang sedemikian."

Subhanallah….! Pemilik tanah tersebut memberikan sepertiga dari penghasilannya untuk Allah Swt. Tak pelak, Allah Swt pun memuliakannya. Saudaraku…, bila dalam merintis usaha, perniagaan, perdagangan atau apapun yang kita lakukan… bila kita sering mengalami kerugian, kebangkrutan, kredit macet dan lain sebagainya yang dapat membuat usaha kita mengalami kemunduran. Maka…, cobalah resep di atas! Insya Allah, Anda akan merasakan apa yang mereka rasakan, yaitu Perniagaan yang Tiada Merugi Disebabkan Infak di Jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selamat Mencoba!
Baca Selengkapnya...
0

Miracle 2 (Kisah Pengusaha Sukses)

Kisah seorang pengusaha berkah dari Provinsi Jawa Tengah. Banyak usaha yang ia tangani. Mulai dari percetakan, penerbitan, institusi pendidikan, pelayanan haji & umrah, yayasan-yayasan sosial, dan banyak lagi. Bagi saya, jumlah usaha & kegiatan yang beliau tangani sulit dihitung dengan jari. Terakhir saya dengar, beliau tengah membangun sebuah hotel syariah di bilangan kota yang cukup strategis dengan biaya miliaran rupiah. Hal yang lebih membuat kagum adalah…, semua usaha yang beliau bangun berjalan dengan lancar dan memberi hasil yang tidak sedikit.

Subhanallah…, dengan keterbatasan waktu yang dimiliki, beliau amat terampil untuk mengelola semua usahanya. Saya penasaran untuk mengetahui rahasia kesuksesan di balik itu semua. Sampai pada akhirnya, salah seorang staffnya bercerita kepada saya bahwa beliau selalu menginfak-an hampir 30% dari penghasilannya di jalan Allah Swt.
Kala krisis moneter, perusahaan percetakan miliknya hampir bangkrut sama seperti usaha yang lain. Sebuah kebijakan yang ia tempuh terdengar aneh saat itu. Para karyawannya yang berjumlah ratusan, tidak ia rumahkan. Bahkan beliau tambahkan gaji mereka. Sehingga membuat karyawan tersebut senang, tidak resah dengan harga bahan pokok yang menggila pada saat itu, dan akhirnya…. mereka pun berdoa untuk kebaikan pemilik usaha. Subhanallah… siapa yang suka memberi, ia pasti akan diberi. Oleh siapa, ya… oleh Sang Maha Pemberi, Al Wahhab!

Perniagaan yang tiada merugi… itulah salah satu jaminan bagi orang yang suka berinfak.
Baca Selengkapnya...
0

MATA YANG TIDAK MENANGIS DI HARI KIAMAT

Semua kaum Muslim berkeyakinan bahwa dunia dan kehidupan ini akan berakhir. Akan datang suatu saat ketika manusia berkumpul di pengadilan Allah Swt. Al-Qur’an menceritakan berkali-kali tentang peristiwa Hari Kiamat ini, seperti yang disebutkan dalam surah Al- Ghasyiyah ayat 1-16.

Dalam surah itu, digambarkan bahwa tidak semua wajah ketakutan. Ada wajah-wajah yang pada hari itu cerah ceria. Mereka merasa bahagia dikarenakan perilakunya di dunia. Dia ditempatkan pada surga yang tinggi. Itulah kelompok orang yang di Hari Kiamat memperoleh kebahagiaan.

Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah pernah bersabda, "Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah."

Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di Hari Kiamat?

Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar hawa nafsu, bergumul dan berkelana di tempat-tempat maksiat, dan pulang larut malam. Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah jalan, di sebuah rumah, lelaki itu mendengar sayup-sayup seseorang membaca Al-Quran.

Ayat yang dibaca itu berbunyi: "Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang fasik (Qs 57: 16).

Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu mengulangi lagi bacaan itu di dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si pemuda merasakan ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan Allah karena perbuatan maksiat yang pemah dia lakukan. Kemudian ia mengubah cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya dengan mencari ilmu, beramal mulia dan beribadah kepada Allah Swt. sehingga di abad kesebelas Hijri dia menjadi seorang ulama besar,
seorang bintang di dunia tasawuf.

Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar karena mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran takut kepada Allah Swt. Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan cara membasahi matanya dengan air mata penyesalan. Mata seperti itu insya Allah termasuk mata yang tidak menangis di Hari Kiamat.

Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti telah kita ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang yang akan dilindungi di Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak mendapatkan perlindungan. Dari ketujah orang itu salah satu di antaranya adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh perempuan, tetapi dia menolak ajakan itu dengan mengatakan, "Aku takut kepada Allah".

Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan majikannya. Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, lantaran matanya dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah Swt.

Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama Allah. Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan agamanya, dan menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai wajah-wajah yang berbahagia di Hari Kiamat nanti.
Baca Selengkapnya...
0

Miracle 1 (Kisah Pengusaha Sukses)

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tiada merugi. QS Fathir {35}:29

Ada seorang pengusaha sukses di Indonesia yang memulai karirnya dengan membuka sebuah bisnis makanan dan kini telah merambah seluruh tanah air dengan puluhan outlet dan cabangnya. Dalam tempo اyang tidak terlalu lama, usaha makanan lezat yang ia rintis berkembang dengan begitu menggurita. Masyarakat pun banyak menggandrungi makanan yang disajikan oleh ‘brand’ restoran miliknya.

Suatu saat pernah, beliau menjadi sponsor utama sebuah seminar zakat yang diadakan di kota Medan. Usai menyampaikan materi seminar, para pembicara diajak untuk menikmati santap siang di salah satu restoran milik sang pengusaha.

Ketika santap makan siang berlangsung, salah seorang pembicara menyela dengan sebuah pertanyaan kepada pemilik restoran, "Pak, boleh dong berbagi cerita kiat sukses merintis bisnis kayak begini. Sepertinya bapak gak terlalu lama membangun bisnis ini tapi kok langsung menggurita sampai seluruh tanah air. Apa sih rahasianya?" Sambil tersenyum penuh rasa syukur, pengusaha ini menjawab dengan nada yakin: "Pak Ustadz, sama seperti pengusaha lain, saya merintis ini dengan jatuh-bangun. Namun, sejak saya bertekad untuk menaikan zakat saya hingga 5% dari penghasilan. Subhanallah… Allah berkenan memberikan rezeki yang melimpah kepada saya, keluarga dan semua orang yang terlibat dalam usaha ini." Ia menambahkan, "Saya amat percaya, semakin banyak kita membantu Allah, Dia pun akan lebih banyak lagi akan memberikan balasannya kepada kita. Dan itu telah kami rasakan kebenarannya!"

Allahu Akbar… Allah Maha Besar… Dia mampu untuk memberikan balasan yang begitu berkah bagi hamba-Nya yang mau berniaga kepada-Nya.
Baca Selengkapnya...
0

PESAN-PESAN RAMADHAN

Kaum muslimin rahimakumullah..

Dengan kesungguhan hati yang hanif, di hari yang Mubarakah ini dan di bulan yang penuh dengan keberkahan ini dalam keadaan lapar yang melilit dan kehausan yang mencekik marilah kita senantiasa mengucapkan syukur yang dalam atas segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada kita. Yang dengan ni’mat itu kita semua dapat kembali memperoleh jamuan dan Undangan Allah untuk menikmati Indahnya bulan Ramadhan.

Selanjutnya, shalawat dan salam senantiasa kita kirimkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabat keluarga dan ahli warisnya sekalian sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an :

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang beriman, ucapkan shalawat dan salam atas Nabi (Muhammad) Saw." (QS. Al-Ahzab : 56)

Selanjutnya marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul Saw. Hanya dengan cara itulah ketaqwaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan...


Kaum Muslimin rahimakumullah..

Sebagaimana kita maklumi bahwa kebersihan hati dan kesucian jiwa adalah modal utama untuk mendapatkan pertolongan dan kemenangan dari Allah Ta`ala baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah Subhanahu Wa Ta`ala berfirman :

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu."


Sebaliknya ketika hati dikuasai oleh hawa nafsu duniawi dan syahwat hewani maka hati itu akan menjadi sakit, kotor, keras, keruh dan bahkan bisa mati. Dengan demikian perlahan tapi pasti ia akan menjerumuskan pemiliknya ke kubangan kehinaan dan kerendahan serta membelokkannya dari tujuan hidup yang benar sehingga terperosok ke dalam jurang kerugian dunia dan akhirat. Allah Subhanahu Wa Ta`ala berfirman :

"Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."

Ramadhan adalah bulan dimana Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya melakukan ibadah shaum (memenej syahwat) sebagai sarana melatih diri mengendalikan syahwat baik perut atau kemaluan, ketenaran, kebanggaan pada pangkat, jabatan dan fasilitas duniawi lainnya dan berbagai syahwat lainnya. Ibadah Ramadhan juga bertujuan untuk membersihkan hati dan jiwa serta untuk mengantarkan seorang hamba ke puncak kemuliaan disisi Allah yaitu pribadi yang bertaqwa yang dekat dengan Allah, di manapun ia berada dan apapun profesinya. Allah Ta`ala berfirman ;


"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa."

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Dalam Sebuah Khutbahnya ketika menyambut datangnya bulan Ramadhan, Rasulullah telah mengingatkan kita semua :
“Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yg paling utama.

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.

Ketahuilah, Allah Ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengadzab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbal-alamin.
Wahai manusia, barangsiapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.
(Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan khotbahnya, “Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walau pun hanya dengan seteguk air.”)

Jama’ah Jumat Yang dimuliakan Allah

Kemudian Rasulullah Saw berpesan : Wahai manusia, siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini, ia akan berhasil melewati Sirathal Mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain.

Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.”
(Aku –Ali bin Abi Thalib yang meriwayatkan hadits ini– berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, apa amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi, “Ya Abal Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”.)

Demikianlah khutbah ini, semoga Allah ringankan langkah kita dan Allah perkuat iman kita di bulan Ramadhan tahun ini dan memasukkan kita ke dalam golongan hamba-Nya mendapatkan ketaqwaan. Semoga Allah pilih kita menjadi orang-orang yang sukses di akhirat kelak, yakni dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam Syurga. Semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Amiin…..Allahumma amin…..
Baca Selengkapnya...
0

Telaga Kehidupan

Keberadaan kita di dunia ini mempunyai makna. Sungguh malang ketika ada atau tidaknya kita itu tidak mempunyai makna dan pengaruh sama sekali terhadap masyarakat sekitar kita. Atau bahkan, justru keberadaan kita tidak diinginkan orang karena ketika kita hadir justru menjadi biang kerok dan pembuat masalah. Jika kondisi ini menimpa kita, duh, betapa tidak ada harganya kita di mata orang lain.

Untuk itulah, keberadaan kita sesungguhnya di dunia ini adalah sejauh mana kita bisa berbuat bagi orang lain, karena inilah rahasia pribadi unggul manusia bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Pertanyaannya, apakah kita lebih sering memberikan manfaat bagi orang lain, pemberi solusi atas berbagai masalah, atau sebaliknya, tukang pembuat masalah dan pemerkeruh suasana? Ingat bahwa air bisa memberikan kesejukan, tapi juga bisa memunculkan banjir bandang.

Kemudian, kita juga bisa mengamati bahwa air itu selalu menuju ke tempat tertentu. Kita pun begitu, kehidupan kita harus mempunyai orientasi yang jelas, tujuan hidup yang jelas, tak sekedar mengalir begitu saja. Dalam hal ini, persoalan waktu menjadi penting karena orang besar, waktunya adalah sebuah sejarah tersendiri. Kita semestinya pandai memanfaatkan waktu, bukan agar menjadi orang besar, tapi agar kita bisa banyak berbuat untuk sesama untuk sebuah manfaat. Untuk itulah, kita perlu merenung ulang tentang kebiasaan yang masih kita lakukan.

Berapa banyak waktu yang terbuang untuk menonton televisi, jalan-jalan ke mall atau bersenang-senang menikmati massa muda. Sementara, seperti kata Hasan Al-Banna ”Kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia”. Masihkan kita akan bermalas-malasan, sementara kita sering terlalu berbangga diri dengan identitas sebagai seorang muslim padahal jarang berjuang menyeru kebaikan apalagi mencegah kemungkaran. Duh, betapa malunya kita kepada Allah SWT ketika kita mengaku pejuang sejati.

Tak hanya sekedar itu, air ternyata juga mempunyai folosofi yang mendalam. Ketika ditahan atau dihambat dia akan terus mencari jalan lain, jalan keluarnya. Semasa dihambat itu, kekuatan air juga semakin besar. Lihat saja, misalnya ketika air dibendung, setelahnya akan menghasilkan energi yang besar. Inilah rahasia besar air yang kadang tidak kita sadari. Di dalam kehidupan keseharian kita, barangkali banyak persoalan atau bahkan konflik yang kita rasakan. Banyak orang yang memandang remeh cita-cita dan obsesi kita.

Namun, ketika kita berpikir positif atas berbagai onak dan duri yang melanda itu terkadang justru membuat kita semakin dewasa untuk menjalani kehidupan di kemudian hari. Syaratnya, tak usahlah terlalu banyak berkeluh kesah. Yang terpenting adalah tetaplah tegak berdiri, bergerak menyongsong obesesi-obsesi kita, Insyallah ketika kerja keras sudah kita lakukan, Allah pasti akan membalas dengan hasil kebaikan yang memuaskan bagi kita. Masalah hidup akan senantiasa ada, tinggal bagaimana kita mensikapinya. Dengan keluh kesah semata, atau bijaksana menghadapinya.

“…Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (QS. Ath-Thallaaq:2-3)
Baca Selengkapnya...
0

Membelenggu Setan Di Bulan Ramadhan

Oleh : KH. Jalaluddin Rakhmat

Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadis bahwa dengan puasa kita belajar mengendalikan hawa nafsu serta mengendalikan setan yang menipu dan menjebak kita. Pada waktu kita puasa, kita membelenggu setan, membuka pintu surga dan menutup pintu neraka.
Kita belajar menahan setan supaya tak masuk ke dalam tubuh kita. Salah satu pintu masuk setan ke dalam tubuh kita adalah melalui makan dan minum. Kita tutup pintu-pintu itu pada waktu siang hari. Kita melemahkan setan; membuatnya tak berdaya. Salah satu Esensi Puasa adalah latihan mengendalikan hawa nafsu.
Di dalam tarekat, puasa adalah upaya mengendalikan diri kita secara lahiriah dan secara batiniah. Secara lahiriah, kita mengendalikan diri dengan mempuasakan seluruh panca indera kita. Dalam ilmu kebatinan, ketika kita melakukan semedi, kita harus menutup tujuh pintu masuk setan. Tujuh pintu itu adalah tujuh lubang dalam tubuh kita. Di antaranya mata, telinga, mulut, dan hidung. Dengan cara itu, kita dapat masuk ke dalam alam kesucian.
Secara lahiriah, puasa yang pertama di dalam tarekat adalah puasa menutup mulut kita atau puasa bicara. Puasa bicara bukan berarti meninggalkan pembicaraan yang kotor atau menggunjing orang lain. Dalam hadis Shahih Bukhari, Rasulullah saw bersabda, “Tidak dihitung mukmin, orang yang suka melaknat orang lain, suka menyakiti hati orang lain, atau berkata kotor.” Ketika kita tak berpuasa pun, hal itu tidak boleh dilakukan, apalagi ketika kita sedang berpuasa. Yang dimaksud dengan puasa bicara adalah setelah meninggalkan pembicaraan tersebut di atas, kita menambah atau memperlebar puasa bicara kita dengan tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu. Kita tidak berbicara yang tidak berguna. Ciri mukmin yang sejati adalah menghindarkan pembicaraan yang tidak ada manfaatnya.
Yang dimaksud dengan manfaat di dalam hal ini adalah mendekatkan diri kepada Allah swt. Perkataan yang tidak membawa kita dekat kepada Allah swt adalah perkataan yang tidak bermanfaat. Hentikanlah perkataan seperti itu di dalam bulan puasa. Sebaiknya kita gantikan obrolan kita dengan memperbanyak dzikrullah, zikir kepada Allah swt.
Mengobrol tanpa menggunjingkan atau menyakiti orang lain memang diperbolehkan dalam agama. Tidak ada salahnya dalam hal itu. Tapi alangkah lebih baiknya bila waktu mengobrol itu kita ganti dengan berzikir kepada Allah.
Kita mengurangi suara mulut kita. Jika mulut kita terlalu banyak bicara, kita takkan sanggup lagi mendengarkan suara hati nurani kita. Siti Maryam as dalam Al-Quran dikisahkan pernah berpuasa tidak bicara. Ketika Maryam hilang dari kampung halamannya dan kembali setelah sekian lama dengan seorang bayi, orang-orang bertanya, “Hai saudara perempuan Harun, kau pulang dengan sesuatu yang aneh. Padahal kami mengenal engkau bukan sebagai perempuan nakal, melainkan perempuan saleh. Mengapa tiba-tiba kau pulang membawa anak?”(QS. Maryam: 28) Siti Maryam as diperintahkan Allah untuk puasa bicara. Ia disuruh untuk tidak menanggapi tuduhan yang macam-macam itu. Maryam hanya menjawab, “Aku sudah bernadzar kepada Allah yang Mahakasih bahwa hari ini aku tidak akan berbicara kepada seorang manusia pun.” Maryam berjanji kepada Allah untuk berpuasa bicara. Karena Maryam puasa bicara, maka ia mampu mendengar suara bayi dalam kandungannya. Waktu itu juga, ketika Maryam membawa anak kecil, bayi itulah yang menjawab hujatan orang-orang. Bayi itu menjawab, “Salam bagiku ketika aku dilahirkan ketika aku mati dan pada waktu aku dibangkitkan nanti.”(QS. Maryam: 33)
Menurut Sayyid Haidar Amuli, bila kita terlalu banyak bicara, kita takkan mampu untuk mendengarkan isyarat-isyarat gaib yang datang kepada kita. Kita juga menjadi tak sanggup mendengar kata-kata hati nurani kita. Suara mulut kita terlalu riuh sehingga isyarat-isyarat dari alam malakut (alam ruh) tak terdengar oleh batin kita. Kita terlalu banyak mendengarkan suara kita sendiri.
Puasa bicara diajarkan di dalam Al-Quran khusus kepada orang-orang saleh yang tidak hanya menjalankan syariat saja tetapi juga ingin memperindah syariatnya dengan usaha lebih lanjut. Puasa tarekat tidak berarti meninggalkan puasa syariat. Puasa tarekat adalah memperindah puasa syariat; menghiasnya agar lebih bagus.
Ketika kita berpuasa, setelah kita meninggalkan kata-kata kotor dan menyinggung perasaan orang, kita juga meninggalkan kata-kata yang biasa-biasa. Hanya supaya pembicaraan kita tidak mengambil alih zikir yang seharusnya kita lakukan di bulan Puasa. Nabi Zakaria as, ketika diberitahu bahwa ia akan mempunyai anak yang bernama Yahya, merasa amat bahagia karena dalam usianya yang amat tua, ia belum juga dikaruniai seorang putra. Zakaria as sering berdoa, “Tuhanku, sudah rapuh tulang-tulangku, sudah penuh kepalaku dengan uban, tapi aku tak putus asa berdoa kepada-Mu.” (QS. Maryam: 4) Satu saat, Tuhan menjawab, “Aku akan memberi kepadamu seorang anak.” (QS. Maryam: 7) Zakaria as hampir tidak percaya, “Bagaimana mungkin aku punya anak, ya Allah. Padahal istriku mandul dan aku pun sudah tua renta.” (QS. Maryam: Lalu Tuhan menjawab, “Hal itu mudah bagi Allah. Bukankah kamu pun asalnya tiada lalu Aku ciptakan kamu.” (QS. Maryam: 9) Zakaria masih penasaran dan ia minta kepada Allah, “Apa tandanya, ya Allah?” Tuhan menjawab, “Tandanya ialah kau harus puasa bicara. Kau tidak boleh berkata kepada seorang manusia pun selama tiga hari berturut-turut.” (QS. Maryam: 10)
Zakaria as diperintahkan Tuhan untuk mensyukuri nikmat yang diterimanya dengan berpuasa bicara. Itulah juga nasihat kepada seorang suami yang istrinya sedang mengandung; belajarlah puasa bicara. Usahakan sesedikit mungkin berbicara. Insya Allah, jika selama istri kita mengandung, kita berpuasa bicara, maka Allah akan memberikan kepada kita seorang anak seperti Yahya yang cerdas, arif, berhati lembut dan suci, bertakwa kepada Allah swt, dan sangat berkhidmat kepada orang tuanya, tak pernah memaksakan kehendaknya. Itulah ganjaran kepada orang yang puasa bicara.
Puasa bicara adalah puasa tarekat. Hanya dengan puasa bicara, batin kita menjadi lebih tajam untuk mendengarkan isyarat-isyarat gaib, mendengarkan hati nurani. Ketika kita terlalu banyak bicara, kita menjadi tuli. Dalam peristiwa mikraj diceritakan ketika Nabi Muhammad saw isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, beliau melihat di pertengahan jalan ada seorang yang mengguntingi lidahnya berulang kali. Malaikat Jibril menjelaskan, “Itulah tukang-tukang ceramah yang suka memberikan nasihat kepada orang banyak tetapi ia tidak mempraktikkan apa yang ia khotbahkan.”
Baca Selengkapnya...
 
Muslim Kaffah Blog's © Copyright 2010 | Design By Gothic Darkness |