ESENSI PUASA

Dari sekian banyak syari'at Islam yang diwajibkan kepada umat Muslim, Puasa merupakan ibadah yang memiliki keajaiban yang sangat luar biasa. Kajian puasa dari visi metafisika menembus dimensi terawang keilmuan. Tak ubahnya, ada bias energi yang mampu menguak tabir hijab antara kedirian manusia dengan kehebatan kosmos dalam keluasan jagat raya, menuju titik sumbu yang transenden tanpa batas, tiada tepi.
Manusia boleh jadi merekayasa dengan segala kiat dan upayanya menapak Ramadhan sebagai pusat latihan spiritual ijtihad untuk mencermati hakikat hidup.
Nalar pikir berinteraksi ke alam Ilahiyat, merupakan transfigurasi bagi dirinya, seolah nurani mengembara ke alam metafisis immaterial.
Pada galibnya puasa sebagai penapis dan penyaring, yang selanjutnya menentukan kadar ketakwaan seseorang. Ia membentuk watak yang kukuh tegar dalam segala keadaan dan waktu, tak mudah terpedaya oleh terpaan dan godaan, lantaran menghujam di relung hati iman yang mapan bahkan yang hebat lagi, membersihkan ruhani dan nalar piker dari segala muskil kesulitan, serta merta mampu mengentas derajat kemanusiaan.
Manusia hidup bergantung dari udara, makanan, tanah dan alam jagat raya sekitarnya. Faktor tersebut memberikan pengaruh kuat bagi hidup dan kehidupannya menuju objek yang material. Ini bias diraup dengan ilmu pengetahuan. Sedang ilmu itu sendiri tak bakal dimiliki tanpa melalui kecerdasan otak dan kecakapan nalar pikir. Fungsi otak sebagai pusat syaraf, merupakan jaringan butir sel yang sangat halus, rumit dan asketis. Setiap kemajuan yang diperoleh adalah melalui penalaran akal sehat serta penelaahan pikiran yang kritis. Karenanya, bagi para pemimpin sekecil apapun sebagai khalifah di bumi, perlu mencermati dan meneliti gerak gerik daya otaknya, agar setiap langkah dan tindakannya dituntut pikiran yang sehat dan jernih.
Lantaran otak menjadi pusat urat syaraf Graoto Hersen. Urat syaraf tersusun dari kumpulan “sel-sel” yang berbilliun jumlahnya. Fungsi syaraf menjadi perantara yang menerima kesan-kesan perangsang yang dating dari luar tubuh, langsung disampaikan kepada otak. Ilmu Psikologi dan Anatomi menyebutkan bahwa otak besar itulah yang mengatur dan mengendalikan langkah serta perbuatan manusia. Sebab setiap sesuatu yang terjadi diluar tubuh, mustahil dapat diketahui dan disadari sebelum peristiwa itu disampaikan oleh urat syaraf kepada otak besar. Banyak pakar mengemukakan, puasa dapat mengobati berbagai penyakit seperti diabetes, maag, gangguan usus, gangguan pencernaan, sakit jantung, kegemukan, paru-paru, lemah badan atau tekanan darah tinggi. Tapi banyak pula orang beranggapan bahwa puasa penyebab menurunnya prestasi kerja berkurangnya konsentrasi dan melemahnya tenaga.
Padahal kita meyakini, justru berpuasa salah satu cara menuju sehat WHO Expert Committee mengartikan sehat terdapat keseimbangan yang optimal, baik fisik, psikis maupun social. Jadi tidak hanya sekedar bebas dari penyakit lahiriyah, kelemahan dan cacat. Tetapi sehat adalah keseimbangan dan keserasian jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrowi antara fisik dan psikis. Keseimbangan merupakan prinsip dasar Islam. Agama Islam adalah agama yang sederhana, mudah, kompleks dan universal. Ia memberikan tuntunan kepada ummatnya untuk hidup sederhana tapi bersahaja.
Dalam Al-Qur’an termaktub prinsip ini dalam ayat :
“Makan dan minumlah, tapi jangan melampaui batas, karena Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.”
Jika manusia kelewat tebal jasadnya, maka kekuatan ruhaninya akan melemah atau sifat kehewanannya mengalahkan sifat ruhaniahnya.
“Makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang”
Kejarlah Duniamu, seolah kau hidup terus dan kejarlah akhiratmu seolah-olah kau akan mati esok hari.
Jadi prinsip keseimbangan ini, dapat dilakukan dengan latihan, kebiasaan sehari-hari. Kiranya, puasa di bulan Ramadhan adalah tepat untuk pemusatan latihan agar jiwa mempunyai disiplin yang kuat, mental terbina mapan dan ruhani yang murni.
Sewaktu perut kenyang, banyak darah tersalur untuk melakukan proses pencernaan dan selagi puasa, ketika perut kosong, volume darah ke bagian pencernaan dapat dikurangi dan dapat dipakai untuk keperluan lain, terutama melayani otak.
Zat makanan yang telah tersaring bersih (dari usus panjang) lalu oleh jantung disalurbebaskan ke seluruh tubuh dan disaat itulah sel-sel menerima makanan.
Itulah sebabnya, meski manusia memerlukan makanan harus disesuaikan dengan kemampuan tubuhnya, gizi yang memadai, sehingga kerja sel tersebut berjalan lancer, demikian jua kemampuan otak selaras.
Namun, apabila perut manusia selalu dipenuhi makanan berlebih, maka sel-sel tadi akan kebanjiran zat makan, berakibat urat syaraf menjadi lembab, kerja otak terhambat dan mundur. Sebaliknya, kalau kita memberikan waktu sesaat bagi perut dan lambung untuk membersihkan bermacam-macam kotoran yang setahun penuh bermukim didalamnya, maka kerja otak kita bertambah giat dan cepat sehingga menimbulkan daya yang sanggup memecahkan berbagai persoalan tanpa rasa letih.
Cara berpikir yang energik ini menghasilkan buah berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Dengan berpuasa, kita dapat mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan kemungkinan masuknya kuman-kuman ke dalam lambung. Para ahli di bidang kedokteran mngakui bahwa perut sumber asal timbulnya penyakit.

“Perut adalah sumber penyakit dan pemeliharaannya merupakan obat yang paling utama.”
Orang yang terlalu kenyang, mudah diserang rasa kantuk, malas dan letih. Kemampuan pikir menjadi kurang. Karena itu Rasululullah memberikan peringatan kepada umatnya. “Ilmu dan akal tidak mungkin ada bersama lambung yang penuh dengan makanan.” Otak adalah titik sentral di dalam organ tubuh manusia untuk berfikir, belajar dan bekerja. Ini berarti bahwa selama lambung kosong, sewaktu berhenti sejenak dari kerja keras selama setahun, cara berpikir kita lebih cemerlang.
Jadikan puasa kita yang lengkap, fisik, psikis, dan kejiwaan. Melatih ketenangan bathin, menumbuhkan akal pikiran yang sehat, mengendurkan ketegangan, stress, mensirnakan iri, dengki, hasut dan cela lainnya. Kalau demikian adanya esensi puasa itu sendiri, dapatkah kita mengendalikan diri untuk tidak mengikuti langkah syaithan?
Sumber Artikel : Buku Esensi Puasa “Kajian Metafisika” oleh KH. BAHAUDIN MUDHARY

Comentários:

Posting Komentar

 
Muslim Kaffah Blog's © Copyright 2010 | Design By Gothic Darkness |